Seperti
telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak
semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan
karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan
oleh peneliti.
1.
Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan
kemudahan.
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain
kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena
kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut.
Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling –
tidak disengaja – atau juga captive sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat
baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh
penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel
ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.
2.
Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan
tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang
diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama
judgement dan quota sampling.
a. Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak
yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk
memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu
perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa
memberikan informasi. Jadi, judment
sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena
mereka mempunyai “information rich”.
Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang dijadikan sampel adalah
karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak
puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap
pasar akan menerima produk itu dengan baik. (Cooper dan Emory, 1992).
b. Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara
proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti
ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus
mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai
perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi
tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.
3.
Snowball Sampling – Sampel Bola Salju
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang
populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan
penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak
lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang
kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui
pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu
orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai,
peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai
teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil
diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian wanita
lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para
gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup)
sumbernya dari mana ya bos ??
BalasHapus