Peran masing-masing faktor resiko
penyebab PPOK telah banyak dipelajari, tetapi seberapa jauh kontribusi
masing-masing faktor tersebut terhadap patogensis PPOK tidak banyak dilaporkan. Adapun beberapa
faktor determinan yang menyebabkan PPOK adalah:
a.
Kebiasaan
Merokok
Merokok merupakan masalah global,
WHO memperkirakan jumlah perokok didunia sekitar 2,5 milyar orang dengan
sepertiganya berada dinegara berkembang. Di negara berkembang satu dari empat
orang dewasa adalah perokok. Pengidap PPOK yang merokok mempunyai resiko
kematian yang lebih tinggi (6,9 – 25 kali) dibandingkan dengan bukan perokok.
Mekanisme kerusakan paru akibat merokok terjadi melalui 2 tahap yaitu jalur
utama melalui peradangan yang disertai kerusakan metriks ekstra sel dan jalur
ke dua adalah menghambat jalur respirasi matriks ekstrasel. Mekanisme kerusakan
paru akibat radikal bebas yang dikeluarkan oleh asap rokok. Bahan utama perusak
sel adalah protease, miel peroksidase,
anti oksidan dan radikal bebas. Sedangkan yang bertugas meredam bahan tersebut
adalah Alfa-1 Anti Tripsin (AAT) yang dapat dirusak oleh miel peroksidase, radikal bebas dan oksidan.
b.
Alfa-1
Antitripsin (AAT)
Alfa-1antitripsin (AAT) adalah
senyawa protein atau polipeptida yang dapat diperoleh dari darah dan cairan bronkus. Alfa-1 atitripsin
(AAT) yang ada di saluran pernafasan jumlah sangat sedikit 1-2 % dari plasma
darah, dan kapasitas inhibisinya 30% dari aktivitas plasma darah.
c.
Pekerjaan
Faktor pekerjaan berhubungan erat
dengan unsur alergi dan hiperaktifitas
bronkus. Dan umumnya pekerja tambang yang bekerja dilingkungan berdebu akan
lebih mudah terkena PPOK.
d.
Tempat
Tinggal
Orang yang tinggal di kota
kemungkinan untuk terkena PPOK lebih tinggi dibandingakan dengan orang yang
tinggal di desa. Hal ini berkaitan dengan tempat tinggal antara kota dan desa.
Dimana tingkat polusi udara di kota lebih tinggi daripada di desa.
e.
Jenis
Kelamin
Pada pasien laki-laki lebih banyak
dari pada pasien wanita. Hal ini ditentukan dimana lebih banyak ditemukan
perokok laki-laki dibandingkan dengan wanita.
f.
Faktor
Genetik
Belum diketahui jelas apakah faktor
genetik berperan atau tidak, kecuali pada pasien defisiensi alfa-1antitripsin yang merupakan suatu
protein. Defisiensi alfa-1antitripsin
merupakan suatu kelainan yang diturunkan secara autosim resesif.
g.
Polusi
Lingkungan
Polusi tidak begitu besar
pengaruhnya, tetapi bila ditambah merokok resiko menjadi lebih besar. Zat-zat
kimia yang dapat menyebabkan PPOK adalah zat-zat pereduksi dan zat-zat
pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
h.
Status
Sosial Ekonomi
Pada status ekonomi rendah
kemungkinan untuk mendapatkan PPOK lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh
faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih
rendah.
i.
Infeksi
Bronkus
Infeksi paru yang berulang-ulang
dalam jangka panjang juga meningkatkan resiko terkena PPOK. Terjadi berulang
yang diawali oleh infeksi virus,
kemudian menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.
j.
Usia
Gejala PPOK jarang muncul pada usia
muda, umumnya setelah usia 50 tahun keatas. Hal ini dikarenakan keluhan muncul
karena adanya terpaan asap beracun yang terus-menerus dalam jangka waktu yang
lama. Pada orang yang berusia setelah 45 tahun fungsi parunya akan menurun
cepat dibandingkan dengan yang tidak merokok, diusia 60 tahun akan muncul
gejala-gejala PPOK.
k.
Debu
Perjalanan debu yang masuk
kesaluran pernafasan dipengaruhi oleh ukuran partikel. Debu yang masuk ke
saluran pernafasan dapat berakibat merusak jaringan setempat dari yang ringan
sampai pada yang parah dan menetap. Derajat
kerusakan yang ditimbulkan oleh debu dipengaruhi oleh faktor asal dan sifat
alamiah dari debu, jumlah debu yang masuk dan lama paparan yang masuk, dan
reaksi imunologis yang terkena paparan.
Sumber :
- Ikalius, Yunus., Faisal., Suradi., Rachma, Noer. 2007. Perubahan Kualitas Hidup dan Kapasitas Fungsional Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis Setelah Rehabilitasi Paru. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 57 Nomor 12. Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta
- Tanjung, Dudut. 2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Fakultas Kedokteran, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Sumatra Utara
- Jusuf, W., Winarni., Slamet., Hariadi. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR-RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Surabaya
- Respine, JE., Bast, A., Lankhorst, I. 1997. The Oxydative Stress Study Group. Oxidative Stress In Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Am J Respiratory Crit care Med
- Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. PPOK, Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksaan Di Indonesia. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar