Plasmodium yang merupakan
parasit penyebab penyakit malaria mempunyai siklus hidup yang kompleks yang meliputi
dua siklus yaitu pada inang mamalia (siklus aseksual) dan vektor nyamuk Anopheles sp (siklus seksual). Plasmodium
mempunyai empat stadium perkembangan dalam tubuh nyamuk dan inangnya.
a. Fase
seksual
Nyamuk Anopheles
sp betina menghisap darah induk inang yang mengandung parasit malaria,
parasit aseksual dicerna bersamaan dengan eritrosit tetapi gametosit dapat
tumbuh terus. Inti pada mikrogametosit membelah menjadi empat sampai delapan
yang masing-masing menjadi bentuk panjang seperti benang (flagel) dengan ukuran
20 - 25 mikron, menonjol keluar dari sel induk, bergerak-gerak sebentar
kemudian melepaskan diri. Proses ini disebut dengan eksflagelasi yang hanya
berlangsung beberapa menit. Gametosit kemudian mengalami proses pematangan
(maturasi) menjadi mikrogamet dan makrogamet. gamet jantan (mikrogamet)
tertarik oleh gamet betina (makrogamet) dalam lambung nyamuk yang membentuk
tonjolan kecil tempat masuknya mikrogamet sehingga pembuahan berlangsung. Hasil
pembuahan disebut zigot.
Zigot merupakan bentuk bulat yang tidak bergerak tetapi dalam waktu 18 -
24 jam menjadi bentuk panjang dan bergerak disebut ookinet. Ookinet kemudian
menembus dinding lambung melalui sel epitel ke permukaan luar lambung dan
menjadi bentuk bulat (ookista). Jumlah ookista pada lambung Anopheles sp
berkisar antara beberapa buah sampai beberapa ratus buah. Ooksit makin
lama makin besar membentuk bulatan-bulatan semitransparan dengan ukuran 40 - 80
mikron dan mengandung butir-butir pigmen. Ookista makin membesar dan intinya
membelah maka pigmen tidak akan tampak lagi. Inti yang sudah membelah
dikelilingi oleh protoplasma yang berbentuk panjang dengan kedua ujungnya
runcing dan inti ditengah (sporozoit). Ookista pecah, ribuan sporozoit
dikeluarkan dan bergerak dalam rongga badan nyamuk mencapai kelenjar liur.
Sporozoit-sporozoit menandakan berakhirnya fase seksual.
b.
Fase aseksual
Nyamuk
Anopheles sp betina yang mengandung
parasit malaria dalam kelenjar liurnya menusuk induk inang vetebrata, sporozoit
yang berada dalam air liurnya masuk melalui probosis yang ditusukkan ke dalam
kulit. Sporozoit segera masuk dalam peredaran darah dan setelah setengah jam
sampai satu jam masuk ke dalam sel hati. Proses ini disebut dengan skizoni pre eritrosit.
Inti parasit membelah diri berulang-ulang. Pembelahan ini disertai dengan
pembelahan sitoplasma yang mengelilingi tiap inti sehingga terbentuk
beribu-ribu merizoit berinti satu dengan ukuran 1.0 sampai 1.8 mikron.
Akhir
fase pre eritrosit, skizon pecah, merozoit keluar dan masuk di peredaran darah.
Sebagian besar menyerang eritrosit yang berada di sinusoid hati tetapi beberapa
difagositosis. Merozoit yang dilepaskan oleh skizon mulai menyerang eritrosit.
Invasi merozoit bergantung pada interaksi reseptor eritrosit, glikoforin dan merozoit
sendiri. Sisi anterior merozoit melekat pada membran eritrosit kemudian membran
merozoit menebal dan bergabung dengan membran plasma eritrosit lalu melakukan
invaginasi membentuk vakuola dengan parasit di dalamnya.
Stadium
termuda dalam darah berbentuk bulat dan kecil, beberapa diantaranya mengandung
vakuola sehingga sitoplasma terdorong ke tepi dan inti berada di kutubnya, oleh
karena sitoplasma mempunyai bentuk lingkaran maka parasit muda disebut bentuk
cincin. Selama pertumbuhan bentuknya berubah-ubah menjadi tidak teratur yang
disebut tropozoit. Parasit ini mencerna hemoglobin dalam ertitrosit dan sisa
metabolismenya berupa pigmen malaria (hemozoin dan hematin).
Parasit
berkembang biak secara aseksual melalui proses skizogoni setelah masa
pertumbuhan. Inti parasit membelah menjadi sebuah inti yang lebih kecil yang
diikuti dengan pembelahan sitoplasma (skizon). Skizon mengalami proses
pematangan membentuk merozoit. Setelah proses skizogoni selesai, eritrosit
pecah dan melepaskan merozoit ke dalam aliran darah (sporulasi).
Merozoit
memasuki eritrosit baru dan generasi lain dibentuk dengan cara yang sama.
Sebagian merozoit tumbuh menjadi bentuk seksual (gametogenesis).
Stadium eritrosit dimulai
ketika merozoit menginfeksi sel darah merah, dimana mereka mengalami siklus
reproduksi dan reinfeksi yang akan menyebabkan gejala malaria. Setelah masuk ke dalam eritrosit, parasit
intraeritrositik ini berkembang menjadi beberapa tahap (cincin, tropozoit, dan
skizon). Bila merozoit ekstraselular menginvasi eritrosit, merozoit akan
berubah menjadi tropozoit. Tropozoit akan mencerna sitoplasma sel eritrosit.
Sumber :
Apriani.
Gambar Leukosit Setelah Pemberian Infusa Sambiloto (Andrographis paniculata) pada Mecit yang Diinfeksi Plasmodium berghei. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, 2011
Harijanto,
P. N., Dr., SpPD. Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan
Penanganan. Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta, 1999, Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Balai
penerbit FKUI, edisi 4, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar